Selasa, 20 Desember 2011

SATAM

Hasil tabrakan meteor dengan bumi itu, rupanya menjadi serpihan-serpihan yang berkilauan bagaikan batu kaca, yang menyebar ke segala penjuru permukaan bumi seperti di Indonesia di Pulau Belitung, didekat Solo dan negara-negara lain seperti Australia, Cekoslavia, dan Arab. Salah satu batu berkilauan itu dikenal dengan nama Batu Satam, yang hanya dapat ditemui di Pulau Belitung. Batu langka berwarna hitam dengan urat-uratnya yang khas.

Batu satam ini mungkin hanya satu-satunya yang ada didunia. Di Pulau Belitung sendiri, tidak mudah untuk mendapatkan batu satam, apalagi untuk dijadikan kerajinan. Biasanya para perajin mendapatkan batu satam dari para penambang timah darat, yang menemukan satam ini secara kebetulan dari perut bumi dengan kedalaman 50 meter.

Istilah satam diambil dari bahasa warga keturunan Cina yang berada di Pulau Belitung.
SA yang artinya pasir, sedangkan TAM artinya empedu. Jadi satam berarti empedu pasir.
Sementara warga pribumi Belitung sendiri mengartikan satam adalah Batu hitam.



Di kalangan masyarakat Belitung sendiri, batu satam ini dipercaya mempunyai kekuatan magis sebagai penangkal penolak racun dan unsur makhluk-gaib. Namun bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Timah ini, selalu menyempatkan diri membeli batu satam ini sebagai cendramata khas Pulau Belitung, yang dijadikan kalung, giwang, bros, cincin, tasbih, tongkat komando dan sebagainya, yang dikenal dengan istilah Kerajinan Satam.

pengusaha satam belitung
Salah seorang perajinan batu satam itu adalah Firman Zulkarnain, yang biasa dipanggil Firman Satam. Pria kelahiran Pulau Belitung yang tinggal di Desa Pangkalalang Tanjungpandan ini, telah menekuni usaha kerajinan batu satam selama 19 tahun.

dan kemudian satam menjadi maskot yang ada di belitung tepatnya dikota tanjungpandan dengan dibangunnya sebuahtugu dengan batu satam sebagai hiasan diatasnya

taman kota tanjungpandan/boulevard satam

sumber: batuantik

Komoditas Timah Belitung

Bangka-Belitung adalah daerah penghasil timah terbesar di Indonesia-atau didunia??-. Sebagian besar masyarakatnya bahkan para pendatang menggantungkan hidupnya dari keberadaan dan eksistensi sang emas hitam.  Sebagian dari mereka ada yang bekerja di pertambangan rakyat yang merupakan mitra P.T TIMAH dan perusahaan resmi lainnya,namun banyak juga diantaranya yang manambang timah secara ilegal atau masyarakat disini biasa menyebutnya TI (Tambang Inkonvensional).

Timah merupakan sumber daya alam utama pulau Bangka Belitung sejak lama. Besarnya kandungan biji timah di daerah ini merupakan yang terbesar dari beberapa daerah lain di Indonesia. Bahkan untuk di dunia, produksi timah asal Indonesia sangat mempengaruhi harga pasar dunia.

pasir timah atau timah mentah

Didalam sejarah penambangan timah, telah banyak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Proses penambangan timah pun kian efektif dan efesien berkat kemajuan teknologi pertambangan. Sejak dulu telah tercatat berbagai teknik penambangan timah yang terjadi di Bangka Belitung.

proses penambangan timah



penambangan lepas pantai

kapal keruk timah

dan inilah bentuk setengah jadi dari timah

Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas:
  • Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
  • Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
  • Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm
  • Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80-88 %) dan Pewter (kadar Sn 91-95 %) 
  • Tin Solder, produk solder (info lebih lanjut dapat dilihat di situs resmi PT.TIMAH.)
Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:
  • Banka Small Ingot
  • Banka Tin Shot
  • Banka Pyramid
  • Banka Anoda 

Rumah Adat Belitong

Rumah adat merupakan identifikasi mutlak sebagai sebuah perwujudan identitas budaya dan kebudayaan sebuah bangsa; etnik yang menempati sebuah kawasan yang mempunyai garis tegas tentang perangkat adat untuk mengatur wilayah adatnya. Maka rumah adat bukan hanya sebagai perangkat pemersatu; tempat bertemu, membahas segala persoalan yang menyangkut tentang kehidupan baca berkebudayaan; norma, hukum, ekonomi, politik, kesenian, bahkan adat istiadat atau tradisi keseharian, bahkan menyangkut hal yang bersipat insidentil seremonial.

Sebenarnya rumah adat Belitung – yang diucap dalam dialek Belitong – bernama Ruma Gede (Rumah Besar), bentuknya adalah rumah panggung yang cukup besar, adalah rekonstruksi kreativitas arsitektur Belitung yang kental dengan aliran atau ciri khas Melayu. Akan tetapi sekarang ini masyarakat Belitung lebih familiar menyebut rumah adat Belitong adalah Rumah Panggong

Contoh Ruma Gede – Rumah Adat Belitong yang dikonstruksi secara modern adalah rumah yang berada di sebelah rumah dinas Bupati Belitung di daerah Air Ketekok, Jalan Jenderal A. Yani di pusat Kota Tanjungpandan. Di tempat ini sering pula diadakan upacara adat budaya Melayu setempat dan pertunjukan kesenian seperti: beripat dan tari-tarian daerah.




Berupa rumah panggung terbuat dari kayu, tetapi menggunakan arsitektur gaya lama. Di dalam rumah terdapat beberapa artefak seni dan kebudayaan masyarakat Belitung, seperti pakaian adat dan perangkat tradisional upacara perkawinan.

contoh pakaian adat belitung

Rumah Adat Belitong diresmikan oleh Bupati Belitung Ir. H. Darmansyah Husein, bertepatan dengan hari jadi Kota Tanjungpandan ke-171, 30 Juni 2009 yang lalu!

Lesong Panjang

Lesong Panjang : nama dari alat dan permainan itu sendiri. biasanya dimainkan pada saat musim panen padi tiba, alat utamanya adalah sebuah lesong terbuat dari kayu pilihan yang bersuara keras dan jernih. Panjang lesong bervariasi antara 1 - 1,5 meter dengan diameter 25 cm - 30 cm. Alat untuk memukul lesong dinamakan Alu dan panjang bervariasi dari 75 cm hingga 120cm dengan diameter hingga 6 cm. lesong dibuat dalam berbagai model dan ukuran sesuai selera pemain. Cara memainkan alat tersebut adalah dengan memukul-mukul lesong dengan alu.




lesung merupakan alat yang terbuat dari kayu pilihan sehingga menghasilkan suara yang nyaring. biasanya bentuk lesung ini bervariasi dan berbagai macam ukuran mulai dari 1 meter sampai 1,5 meter dan berdiameter 25 sampai 30 cm. sedangkan alu ini dipergunakan sebagi alat untuk memukul lesung yang juga terbuat dari kayu dengan ukuran yang lumayan panjang, 75 sampai 125 cm dan berdiameter 6-7 cm

Beripat Beregong

Beripat Beregong adalah salah satu permainan yang sampai sekarang masih digemari oleh masyarakat Belitung. Beripat Beregong dimainkan oleh dua orang pria yang saling memukul punggung masing-masing dengan menggunakan sebuah rotan khusus. Permainan ini diiringi oleh alat musik tradisional seperti: gong, tawak, kelinang dan serunai. Di masa lalu orang Belitung menjadikan permainan Beripat Beregong sebagai ajang untuk mengukur keberanian para pendekar, tetapi sekarang permainan ini dimainkan sebagai hiburan dalam festival tradisional

Permainan adu ketangkasan ini menggunakan rotan sebagai alat pemukul. Masing-masing pemain mengandalkan keahlian menangkis dan memukul punggung lawan. Untuk menentukan pemenangnya dilihat dari masing-masing punggung pemain yang luka paling sedikit akibat sabetan rotan.





Permainan ini berakhir tanpa menimbulkan dendam diantara sesama pemain. Biasanya sebelum permainan ini dimulai, setiap pemain harus menari yang disebut "Nigal" yaitu untuk mencari lawan tanding. Musik yang dimainkan diatas sebuah bangunan yang tingginya mencapai 5-6 meter yang disebut "Balai Peregongan".  

Pada dasarnya kesenian rakyat beripat ini tidak hanya semalam, terkadang tujuh hari tujuh malam tergantung kondisi dari kemampuan ekonomi dan minat penyelenggaranya karena pelaksanaannya menelan biaya yang relatif sangat besar.